Tentang Warna
Variasi warna adalah
bentuk variasi panjang
gelombang radiasi
elektromagnetik. Suatu bahan
akan menyerap atau
memantulkan sinar cahaya
berbagai panjang gelombang secara
berbeda-beda, tergantung warnanya. Warna adalah spektrum tertentu yang terdapat
di dalam
suatu cahaya sempurna (berwarna
putih). Identitas suatu
warna ditentukan panjang gelombang cahaya
tersebut. Panjang gelombang
warna yang masih
bisa ditangkap mata manusia berkisar antara 380-780 nanometer.
Dengan demikian pengukuran-pengukuran dapat
dilakukan menggunakan cahaya
tunggal (monochromatic)
berbagai panjang gelombang
(spectrophotometry).
Spektrum cahaya nyata
(visible light) pada umumnya dibagi dalam delapan interval berdasarkan
karakteristik warnanya (Purwantana 2005). Pembagian spektrum warna dapat
dilihat pada Gambar 1
Metode Pengukuran Warna
Ada dua metode
pengukuran warna yang
banyak digunakan, yaitu
metode pengukuran warna secara
objektif maupun subjektif. Warna merupakan
sifat produk pangan
yang dapat dipandang sebagai sifat fisik (obyektif) dan
sifat organoleptik (subyektif). Warna dapat dianalisa secara obyektif
dengan instrumen fisik
dan secara organoleptik
atau subyektif dengan
indera manusia. Pengukuran
objektif dapat dilakukan
dengan Spektrophotometer,
Colorimeter atau Chromameter, dan
kamera CCD. Sedangkan pengukuran
subjektif dapat dilakukan
dengan menggunakan diagram
warna Chromaticity CIE 1931, Munsell, dan Hunter.
Chromaticity CIE 1931
Pada teori
tristimulus persepsi warna
dapat dilihat pada
Gambar 3, bahwa
suatu warna dapat diperoleh dari
suatu campuran tiga
warna utama: merah,
hijau dan biru
(Red Green Blue).
Sumber utama yang dipakai dalam sistem ini adalah cahaya monokromatis
dengan panjang gelombang 700 nm (merah), 546 nm (hijau), dan 435 nm (biru)
(Gambar 3)
Sinar
putih referensi memiliki spektrum datar dengan komposisi R=G=B=1. Meskipun hampir setiap warna yang tampak
dapat ditentukan sesuai dengan tiga komponen diatas, tetapi masih terdapat
beberapa warna yang
tidak dapat diuraikan
sebagai kombinasi dari
ketiga warna dasar
tersebut. Bagaimanapun juga apabila
salah satu dari
ketiga komponen warna
dasar tersebut ditambahkan ke warna
yang tidak dapat
dicocokkan tadi, maka
warna yang tidak
dapat dicocokkan tersebut
dapat dicocokkan dengan
campuran dari dua
warna dasar lain.
Hal ini menunjukkan
bahwa warna dapat memiliki nilai bobot negatif dari ketiga
komponen warna dasar tersebut (Suhendra 2011).
Menurut
Suhendra (2011), pada tahun 1931 Commission Internationale de l’´Eclairage
(CIE) mendefinisikan tiga standar
komponen warna utama
: X, Y dan Z
yang dapat ditambahkan
untuk membentuk semua kemungkinan
warna. Warna utama
Y dipilih sedemikian
rupa sehingga fungsi kecocokan warnanya secara tepat mencocokkan
fungsi luminous efisiensi
mata manusia berdasarkan penjumlahan ketiga warna seperti
pada Gambar 4.
Diagram
Chromaticity (Gambar 4)
menunjukkan semua visible
colours. Sumbu x
dan y merupakan nilai normalisasi
warna utama X dan Y untuk suatu warna, dan z = 1−x−y menyatakan jumlah Z
utama yang diperlukan. Chromaticity bergantung
pada panjang gelombang
dan saturation dominan, dan tidak
bergantung pada energi
luminan. Warna dengan
nilai chromaticity yang sama tetapi
dengan luminan berbeda
akan terpetakan pada
titik yang sama
di regian tersebut. Warna spektrum utama murni berada
pada bagian kurva batas daerah, dan suatu sinar putih standar memiliki warna
yang didefinisikan berada dekat (tetapi tidak di) titik dengan persamaan energi
x = y = z = 1/3.
Menurut Ahmad
(2005), CIE (Komisi
Iluminasi Internasional) mengembangkan
model warna yang banyak
diterapkan pada alat ukur warna. Sistem
warna ini mempunyai tiga buah
sumbu utama, yaitu X, Y,
Z. Warna ditentukan
oleh besaran relatif
ketiga sumbu yang
cocok dengan warna
yang diberikan. Y adalah nilai kecerahan, diukur dari besaran cahaya
pada semua panjang gelombang. Nilai kromasiti,
yaitu besaran nilai
pada panjang gelombang
tertentu, tergantung pada
panjang gelombang yang
mendominasi dan kejenuhannya, tidak tergantung pada kecerahan.
Dari data
pengukuran menggunakan alat
ukur warna misalnya,
nilai-nilai kromasiti dapat dihitung atau dinormalkan dengan cara
sebagai berikut:
Karena x
+ y +
z = 1,
hanya dua nilai
yang perlu dinyatakan
dan yang ketiga
segera dapat diketahui dengan
cara menghitungnya, karena
jumlah ketiganya sama
dengan satu. Oleh
karena itu, sebuah warna kemudian
dapat dinyatakan dengan dua nilai kromasiti, x dan y, dan nilai kecerahan Y.
Nilai kromasiti
x dan y
mewakili komponen warna
yang bebas terhadap
kecerahan warna. Jadi
dua buah warna, hijau
muda dan hijau
tua dapat terlihat
berbedatapi sebenarnya kedua
warna tersebut mempunyai bentuk
spektrum panjang gelombang yang relatif sama.
Sistem
Warna Hunter (Lab)
Sistem warna
Hunter dikembangkan oleh
Hunter tahun 1952.
Pengukuran warna dengan metode ini jauh lebih cepat dengan
ketepatan yang cukup baik. Pada sistem ini term penilaian terdiri atas 3
parameter yaitu L, a dan b. Lokasi warna pada sistem ini ditentukan dengan koordinat L∗, a∗, dan b∗. Notasi L*: 0 (hitam); 100
(putih) menyatakan cahaya
pantul yang menghasilkan
warna akromatik putih, abu-abu dan hitam. Notasi a*: warna kromatik campuran merah-hijau
dengan nilai +a* (positif)
dari 0 sampai
+80 untuk warna merah
dan nilai –a* (negatif)
dari 0 sampai -80
untuk warna hijau. Notasi b*:
warna kromatik campuran
biru-kuning dengan nilai +b*
(positif) dari 0 sampai +70 untuk warna kuning dan nilai –b*
(negatif) dari 0 sampai -70 untuk warna biru (Suyatma 2009).
Nilai L dalam pengukuran ini langsung dapat
dibandingkan dengan nilai Y pada CIE system atau value pada system Munsell.
Nilai-nilai pengukuran pada sistem Hunter bisa dikonversikan ke x, y dan z pada
system CIE.
Lab merupakan
model warna yang dirancang untuk menyerupai persepsi penglihatan manusia
dengan menggunakan tiga
komponen yaitu L
sebagai luminance
(pencahayaan) dan a
dan b sebagai dimensi warna
yang berlawanan. Perancangan
sistem aplikasi ini
menggunakan model warna
Lab.
Model
warna ini dipilih karena terbukti memberikan hasil yang lebih baik daripada
model warna RGB dalam mengukur nilai kemiripan ciri warna dalam citra. Model
warna Lab juga dapat digunakan untuk membuat
koreksi keseimbangan warna
yang lebih akurat dan
untuk mengatur kontras pencahayaan yang sulit
dan tidak mungkin
dilakukan oleh model
warna RGB. Dalam
melakukan konversi model warna RGB ke model warna Lab terlebih
dahulu dilakukan proses konversi model warna RGB ke CIE XYZ. Tahap selanjutnya
baru dilakukan konversi model warna CIE XYZ ke CIE Lab. Di bawah ini adalah rumus
standar untuk konversi
linier RGB ke
CIE XYZ (Plataniotis
dan Venetsanopoulos 2000):
Sedangkan berikut
adalah rumus konversi
dari CIE XYZ ke CIE
Lab (Plataniotis dan Venetsanopoulos 2000):
Karena
keseragaman skala pada ruang warna CIELAB
maka perbedaan persepsi warna dapat dirumuskan dengan sederhana pula:
Pengaruh nilai perbedaan warna
tersebut dapat dilihat seperti tabel di bawah ini:
Perbedaan
Warna ∆E
|
Pengaruh
|
<
0,2
|
tidak
terlihat
|
0,2
- 1,0
|
sangat
kecil
|
1,0
- 3,0
|
kecil
|
3,0
- 6,0
|
sedang
|
>
6,0
|
besar
|
Istilah
populer untuk perbedaan warna:
Perbedaan
komponen
|
||
ΔL*
|
(+)
lebih cerah
|
(-)
lebih gelap
|
Δa*
|
(+)
lebih merah
|
(-)
lebih hijau
|
Δb*
|
(+)
lebih kuning
|
(-)
lebih biru
|
ΔE*
|
Perbedaan
Warna
|
https://pocketdice.io/?r=282470ea1f
BalasHapusApabila Anda mempunyai kesulitan dalam pemakaian / penggunaan chemical , atau yang berhubungan dengan chemical, jangan sungkan untuk menghubungi, kami akan memberikan konsultasi kepada Anda mengenai masalah yang berhubungan dengan chemical.
BalasHapusSalam,
(Tommy.k)
WA:081310849918
Email: Tommy.transcal@gmail.com
Management
OUR SERVICE
Boiler Chemical Cleaning
Cooling tower Chemical Cleaning
Chiller Chemical Cleaning
AHU, Condensor Chemical Cleaning
Chemical Maintenance
Waste Water Treatment Plant Industrial & Domestic (WTP/WWTP/STP)
Degreaser & Floor Cleaner Plant
Oli industri
bisa diringkas gak kak :)
BalasHapus